(TECTONA GRANDIS)
POHON PEMBUKA KESEMPATAN
Oleh : Suherman
+6289694176881
PENDAHULUAN
Tujuan : Menyediakan Bibit yang standar bagi keperluan Budidaya Perkebunan Jati Rakkyat, khususnya untuk masyarakat di sekitar Kota Pontianak - Kalimantan Barat
A. MEMECAH ISSU NEGATIVE TENTANG TECTONA GRANDIS
Ditemukan
anggapan dari sebagian masyarakat, bahwa Pohon Jati ( Tectona
Grandis ) adalah TIDAK LAYAK untuk di Budidayakan di Kalbar. Pohon akan
tumbuh Kerdil bercabang banyak, Batang pohon berlubang ditengah ( pulur
kosong), Hidup Meragan ( Hidup susah matipun tidak ). Sedangkan
Kayu-nya hanya dapat dijadikan sebagai kayu bakar.
Benar atau
salah anggapan itu,setidaknya itulah masukan yang diterima dari sebagian masyarakat yang telah mencoba menanam. Tidak
bermaksud menepis anggapan, dan juga tidak ingin berhenti pada titik
yang belum jelas. Dengan logika sederhana, pohon Rambutan ditanam dimanapun akan tetap tumbuh sebagai pohon Rambutan. Demikian juga dengan Pohon Jati.
Setelah mencoba melakukan
Pembibitan sendiri, dan setelah menanam walau dalam jumlah yang
terbatas, diyakini bahwa :
2. Pengolahan Lahan Pra Tanam.
B. PEMBIBITAN TECTONA GRANDIS
Terdapat 2 (dua) cara pembibitan :
1. Bibit Tradisional (Alami )
Adalah
Bibit yang berasal dari Kecambah Buah Jati pilihan dari pohon indukan
tua. Cara / Metoda pembibitan ini relative lebih rumit, membutuhkan
kesabaran , keuletan , waktu relative lama dan kecambah tidak tumbuh
bersamaan. Namun bibit Tradisional memiliki keunggulan mengikuti sifat
asli indukan, berakar Serabut dan Akar Tunjang , Berdaun Lebar dapat
bertahan hidup hingga 500 tahun.
Kelemahan :
· Harga Bibit relative lebih mahal
· Pengangkutan Bibit kelokasi tanam relative lebih mahal, karena Bibit harus diangkut dalam kondisi segar
Bibit
yang tersedia saat ini adalah Angkatan Keempat. Dari Tiga angkatan
sebelumnya telah tersebar di beberapa Kabupaten dan yang terbanyak telah
ditanam di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sintang, Bengkayang dan
sekitar Kota Singkawang. Hanya saja penanaman baru bersifat percobaan.
Sejauh yang dapat kami pantau, Pohon Jati yang MENGGUNAKAN BIBIT ALAMI
tumbuh normal bahkan lebih cepat 3-4 bulan Pertumbuhan pertahun.
Percepatan pertumbuhan pohon Jati di Kalbar didukung oleh curah hujan yang tinggi dan Ketinggian Lahan dari Permukaan Laut ( 1-8 M dari permukaan laut). Sekalipun musim kemarau, persediaan air tanah masih cukup bagi Pertumbuhan pohon. Pohon Jati tidak mengalami Gugur Daun (istirahat).
Dari Pohon Jati yang telah
ditanam, kami tidak menemukan hal-hal seperti didugakan (issu negative
tentang Tectona Grandis). Setelah menebang beberapa pohon, kami juga
tidak menemukan adanya Batang yang berlubang. Sebaliknya kami menemukan
bahwa Tectona Grandis adalah POHON BANDEL PANTANG MENYERAH. Jika
ditebang, maka dia akan tumbuh kembali.
2. Bibit Rekayasa (Kultur Jaringan)
Pengembangan
Bibit yang berasal dari Tunas daun , Tunas batang atau Tunas akar
dari pohon jati indukan. Cara pembibitan ini relative lebih mudah, bibit
tumbuh seragam. Kelemahan Bibit Rekayasa ini terletak pada Kelengkapan Akar, yang
hanya memiliki Akar Serabut tanpa akar tunjang.
Penggunaan bibit ini berakibat pohon akan tumbuh berbeda dari sifat indukannya : Berubah menjadi pohon Perdu (Kerdil dan bercabang banyak), Mengalami ketuaan sebelum waktunya sehingga batang pohon akan berlubang, mudah tumbang serta tidak memiliki daya tahan dari penyakit.
Kemudahan penggunaan bibit ini , disamping harga bibit lebih murah, Bibit dapat dibawa kelokasi penanaman dalam bentuk kemasan praktis
Bagi keperluan Budidaya, TIDAK disarankan penggunaan bibit rekayasa
C. PROSFECTIVE
- Tectona Grandis adalah Prosfektus bagi ekonomi dan perekonomi rakyat karena dapat dikembangkan melalui usaha budidaya Mikro – Kecil – Menengah - Besar
- Tectona Grandis sebagai Pohon Tropis Prosfektus bagi Kelestarian Alam , Perbaikan Ekosistem dan Mengurangi kebiasaan merambah hutan.
- Tectona Grandis sebagai Pohon Tropis Prosfektus bagi Pengayaan Komoditi Perkebunan Rakyat, sinergis dengan Komoditi perkebunan HTI , Hutan Kota , Hutan Wisata , Hutan Penelitian , Hutan Pendidikan/Kepramukaan
- Tectona Grandis sebagai Pohon Tropis Prosfektus bagi Membuka Kesempatan Investasi Industri Pengolahan Furnitur, Maubeller , Exterior-Interior rumah mewah, Kerajinan Seni pahat creative, Kerajinan Seni ukir creative , Industri Kapal Kayu , Bak Truk dll.
- Tectona Grandis sudah Teruji Layak Budidaya , terutama di Pulau Jawa
- Tectona Grandis memiliki Tektur Kayu yang ideal bagi Bahan Baku Industri Pengolahan Furnitur,Maubeller , Kerajinan Seni pahat creative, Kerajinan Seni ukir creative , Industri Kapal Kayu , Bak Truk dll
D. PENGENALAN TECTONA GRANDIS
Tectona
Grandis merupakan tanaman keras ( Pohon Tropis) yang dapat tumbuh
pada lahan lembab hingga lahan kering termasuk Lahan Gambut. Pohon yang
bandel, sekalipun ditebang akan bertunas kembali. Banyak
dibudidayakan dipulau jawa karena keunggulannya dari segi kwalitas kayu
dan Harga jual yang tinggi serta Dapat dipanen dalam Usia tanam
relative pendek ( Usia 8 – 10 tahun )
Tergolong sebagai kayu mewah lantaran :
- Memiliki Harga Jual Paling tinggi serta memiliki
- Memiliki kelas awet yang tinggi (hampir sama dengan keawetan kayu Besi / Belian), anti rayap dan anti jamur , tidak mudah Pecah / Patah / melengkung sekalipun dalam ukuran yang tipis.
Keistimewaan kayu Tectona Grandis adalah terletak pada Tektur kayunya :
· Memiliki Serat yang halus
· Warna dan corak kayu yang indah serta
· Bobot yang lebih ringan.
Keistimewaan lain :
- Setelah ditebang, pada bonggol sisa tebangan akan tumbuh beberapa Tunas baru. Buang dan sisakan 1 (satu) untuk dibesarkan kembali sebagai pohon generasi Kedua. Generasi kedua ini akan tumbuh lebih baik karena telah memiliki Akar yang mapan.
- Jika ingin diganti dengan Bibit yang baru, maka Bonggol Akar Tectona Grandis juga memiliki Harga Jual yang relative tinggi, terutama bagi keperluan Bahan Baku Seni Pahat dan Seni Ukir serta Produk Seni Kreative lainnya.
PROSFEK BUDIDAYA TECTONA GRANDIS
- Bahwa, sepanjang masih ada peradaban dimuka bumi ini, maka KAYU pasti masih dibutuhkan
- Dari perjalanan sejarah, Harga jual kayu tidak mengenal “ Turun harga terkecuali Naik “
- Tectona Grandis dapat dipanen pada batas usia Pertumbuhan Ekonomis 8 -10 tahun usia tanam. Diatas usia 10 tahun Tectona Grandis memasuki masa Pertumbuhan Lamban, dimana pohon lebih terkonsentrasi untuk pertumbuhan Pembesaran diameter batang dan pematangan Tecture kayu (kuwalitas kayu).
- Pasca panen / setelah ditebang , pada bonggol akar akan muncul beberapa Tunas baru. Buang dan sisakan satu tunas untuk dibesarkan kembali. Tunas generasi kedua ini akan tumbuh lebih cepat danlebih baik dari generasi pertama, lantaran telah memiliki akar yang mapan.
- Tectona Grandis hemat lahan, dapat tumbuh dan membesar dengan baik pada jarak tananam 2 x 2 Meter atau 2.500 batang per Hektar
- Jarak tanam Tectona Grandis dapat disesuaikan dengan tujuan penanaman seperti :
· Ditata khusus bagi keperluan Penyejuk bagi lingkungan Peternakan Unggas
· Ditata khusus bagi keperluan Hutan Wisata
· Ditata khusus bagi keperluan Penguat Badan Jalan
· Ditata khusus bagi keperluan Penguat Tanggul
· Ditata khusus bagi keperluan Hutan Pendidikan / Kepramukaan ( Bumi Perkemahan )
· Ditata khusus bagi keperluan Pengembangan Villa Peristirahatan bernuansa Hutan Jati.
7. Budidaya Tectona Grandis tidak mengenal Persaingan antar se-sama petani
dan bahkan sinergis.
Semakin banyak petani yang membudidayakan Tectona
Grandis sehingga mewarnai dan menjadi ciri
suatu daerah/wilayah ,
maka akan semakin baik dalam hal Pemasaran karena akan menjadi kartu
undangan bagi pembeli dari luar
8. Budidaya Tectona Grandis
tidak membutuhkan pupuk yang berlebihan terkecuali sekedar pupuk
kandang itupun pada awal penanaman. Bagian penting adalah Perawatan ,
itupun sekedar menjaga
kebersihan lahan, penyiangan Tunas yang muncul
dari bekas ketiak tangkai daun, dan iritasi lahan dari
genangan air
yang berlebihan.
9. Pada Musim Kering Pohon Jati akan secara
alami mengalami istirahat (
Menggugurkan Daun }.
Tunas akan berkembang kembali ketika musim hujan
tiba. Untuk kondisi di Kalbar yg memiliki
Geografie dan Topografie yang sedemikian ideal,
dimana sekalipun Musim Kemarau panjang,
persediaan air tanah masih
tersedia cukup bagi pertumbuhan pohon. Sebagai bahan perbandingan
dapat dilihat Perkebunan Jati yang ada di Jawa yang selalu mengalami Musim
Kering 3 – 4
bulan/tahun. Dengan demikian Kalbar memiliki Potensi Lebih
cepat 3 – 4 bulan/tahun dalam hal
pertumbuhan pohon.
10. Tectona Grandis dapat tumbuh sinergis dengan komoditi perkebunan yg lain
PENGATURAN JARAK TANAM
Pengaturan
jarak tanam adalah teknis penghematan lahan dan efisiensi Perawatan kebun. Dibalik Penataan yang
lurus dan jarak tanam terdapat tujuan agar pohon bersaing untuk
memperoleh sinar matahari sehingga tumbuh lurus menjulang tinggi dengan
sedikit pembentukan cabang.
Jarak Tanam :
· 1 x 1 M2 = 5 000 pohon Per Hektar
· 2 x 2 M2 = 2 500 pohon Per Hektar
· 3 x 3 M2 = 1.250 pohon Per Hektar ( disarankan )
· 4 x 4 M2 = 625 pohon Per Hektar
Pengaturan
jarak tanam yang disarankan adalah 3 x 3 M2, atau 1.250 batang Per
hektar. Dengan jarak ini tidak ada panen penjarangan. Biasanya Panen
dilakukan pada usia pohon 8 – 10 tahun ( Puncak Pertumbuhan Ekonomis) . Pada usia itu setiap pohon
telah berukuran :
Diameter batang 30 – 35 CM dengan ketinggian pohon 15 – 18 Meter,
Volume kayu Per pohon 1 – 1,5 M3
SYARAT PENANAMAN TECTONA GRANDIS
1. Curah hujan 1500-2500 mm/tahun.
2. Bulan kering 2-4 bulan.
3. Tinggi lokasi penanaman 3 – 1000 meter dari permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. Ph tanah 4-8.
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan cadas.
CIRI – CIRI PERTUMBUHAN POHON TECTONA GRANDIS
. Pada tahun Pertama dan Kedua pohon tumbuh jangkung menjulang 7-9 M
· Berdaun Lebar ( bisa selebar daun Kates / Lingkaran Pelukan orang dewasa ) semakin besar pohon
lebar daun semakin mengecil, namun lebih lebar dari daun pohon Ketapang
· Pada tahun Ketiga pertumbuhan ketinggi semakin melamban, konsentrasi pertumbuhan pada
pembesaran batang
PERAWATAN
- Bersihkan lahan dari gulma rerumputan dan sisa tebangan. Tiriskan genangan air yang berlebihan
- Buang selagi masih muda Tunas-tunas yang biasanya muncul pada batang (bekas setiap ketiak daun ). Jika dibiarkan, tunas tunas itu akan tumbuh menjadi Cabang. Dengan membuang tunas-tunas muda yg tumbuh dibatang, pohon akan berkonsentrasi pada ketinggian dan pembesaran batang.
- Tunas yang perlu dijaga adalah tunas paling ujung, karena rapuh / mudah patah dan pastikan tidak ada penghalang (walaupun sekedar kabel listrik / Telepon) karena tunas akan secara otomatis menghindar dan pohon tumbuh bengkok.
PROSFEK PASAR DAN PEMASARAN
- Tidak tergolong illegal loging, sehingga dapat diperdagangkan bebas seperti halnya hasil perkebunan lainnya.
- Kayu Tectona Grandis dapat dijual dalam kondisi hidup ( baru ditebang jika sudah disepakatipersyaratan jual – beli ), semakin lama ditunda akan semakin baik hasil jualnya karena peningkatan volume dan peningkatan kuwalitas kayu. ( Harga kayu ditentukan oleh usia pohon, semakin tua semakin tinggi harganya).
- Tectona Grandis Dapat dipanen dalam Usia 8 – 10 tahun ( Usia Pertumbuhan Ekonomis ). Setelah usia itu pohon memasuki masa pertumbuhan lamban berkonsentrasi pada pembesaran batang danPematangan Tecture kayu
- Pemasaran Kayu Tectona Grandis tidak mengenal Kadaluarsa (rusak / busuk) seperti dalam halpemasaran buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian dan bunga-bungaan.
- Pasar dan Pemasaran Kayu bebas dari akses negative Krisis moneter / Krisis Global, karena Harga jual kayu akan terus naik selaras dengan inflasi yang terjadi.
- Kayu Tectona Grandis jika tidak ingin dijual dalam bentuk Kayu (Log), juga dapat diolah sendiri dengan teknologi local. Tersedianya ahli pertukangan (tukang kayu) dan Alat serta Peralata pengolahan yang sederhana ( Dari sekedar Gergaji, Palu,Ketam, Pahat, Bor, Amplas ) cukup tersedi dipasaran baik dlm bentuk alat manual , mekanik dan electrics.
- Hampir seluruh bagian dari Pohon Jati memiliki Nilai Ekonomi, dari daun , batang hingga Bonggol Akar. Demikian hingga sisa potongan terkecil dari batang pohon dapat dijadikan produk bernilai ekonomi tinggi ( Barang-barang Souvenier berupa Kerajinan Seni Pahat dan Seni Ukir). Sedangkan Daun Jati disamping dapat berganti fungsi dengan daun Pisang baik sebagai bahan pembungkus makanan , juga dapat dijadikan Media pembuatan Ragi Tempe. Khusus dalam pembuatan Ragi Tempe yang menggunakan media daun jati, akan menghasilkan Kegurihan dan Aroma yang eksklusive.
ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN
Intinya
menanam pohon apapun jenis komoditinya adalah bernilai positive bagi
hidup dan kehidupan. Namun jika Menenam yang bersahaja untuk keperluan
Budidaya, maka Asfek Pasar dan Pemasaran menjadi dominant untuk
diperhitungkan.
Khususnya Kalbar pernah Berjaya dalam export
Karet dan Kopra. Sedemikian mendominasi Perekonomian masyarakat dan
Daerah , namun pada akhir memudar. Penyebabnya adalah masalah Pasar dan
Pemasaran dari kedua komoditi tersebut.
Kalbar juga pernah heboh
dengan budidaya Lada. Sejauh kaki berjalan selalu menemui perkebunan
lada milik rakyat. Lebih tragis Perkebunan Lada milik rakyat tersebut
mengalami Layu sebelum berkembang, yang juga kandas dari asfek pasar dan
pemasarannya. Selebihynya masih terdapat komoditi-komoditi lain milik
rakyat ( digalakkan kepada rakyat untuk budidayanya) seperti Pohon
Jarak, Pohon Cengkeh, Coklat semua bernasib yang sama.
Selain
itu juga terdapat jenis-jenis komoditi perkebunan rakyat yang masih
mampu sekedar bertahan. Ada Kopi , Jeruk, Buah-buahan Musiman,
Biji-bijian, Umbi-umbian. Jika disimak lebih jauh komoditi yang mampu
bertahan itu adalah komoditi perkebunan rakyat yang dapat dikonsumsi
langsung (segar).
1. Keunggulan Alam Tropis
Kalbar
adalah Daratan Pusat Iklim Tropis yang ada dibelahan Asia, karena tepat
berada pada Garis Khatulistiwa (Equator). Daratan lain dari belahan
dunia yang memiliki karakteristik alam yang sama dengan Kalbar adalah
Daratan Amerika Latin dan Sebagian Aprika. Ciri utama dari iklim tropis adalah :
· Memperoleh Sinar Matahari sepanjang tahun ,
· Curah Hujan Tinggi,
· Hanya mempunyai dua musim ( Musim Hujan dan Musim Kemarau ).
· Ciri lain, memiliki Sungai buatan alam yang lebar dan panjang.
Di
kalbar ada Sungai Kapuas, disana ada Sungai Amazon. Di Kalbar ada Ikan
Silok (Arwana), disana ada Piranha. DiKalbar pernah ada Hutan Belantara
Kalbar yang pernah menjadi paru-paru dunia, disana juga terdapat hutan
belantara Amazon yang juga menjadi bagian dari paru-paru dunia.
Kedua
belahan bumi menjadi sedemikian mirip dan karenanya kedua belahan bumi
memiliki produk Pertanian – Perkebunan – Kehutanan yang hampir sama,
termasuk permasalahan kerusakan ekosistem yang dihadapi juga sama.
Kedua belahan sama-sama menerima tudingan dunia tentang eksploitasi
hutan, perambahan hutan, termasuk masalah Moratorium Kehutanan. Kini
kedua belahan bumi juga menempuh solusi yang sama, yakni Reboisasi
melalui Hutan Tanaman Industri (HTI).
Dikenal oleh dunia
tentang Kopi Brazil, Karet Brazil, Lada Brazil, Pisang Brazil , Pele
sijago tendang kulit bundar. Kalbar hanya berbeda belum memiliki Pele.
Memang benar-benar mirip hingga jenis Satwa dan Fauna semua hamper
sama. Termasuk Masalah dan Permasalahan Kemiskinan – Pengangguran –
Kriminalitasnya. Dengan demikian soal keunggulan adalah sama, yakni
Keunggulan Iklim Tropis.
2. Marketing
Jika
ingin dicari beda dari kedua belahan, maka perbedaannya adalah terletak
pada masalah Marketing. Masalah Pasar dan Pemasaran dari Produk
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Kalbar terlanjur ketinggalan.
Terdapat
contoh yang perlu dikemukakan, bahwa Kalbar pernah mengalami Demam
Lada. Sejauh kaki berjalan selalu menemui hamparan Kebun Lada (Sahang).
Ironis investasi perkebunan lada masyarakat hanya menghasilkan kerugian.
Jika kita dalami dan sideback, bahwa kegagalan perkebunan lada Kalbar
adalah Kegagalan Analisa Pasar . Petani hanya dijejali dengan informasi
tentang HARGA LADA yang sedang Hit. Padahal Harga yang tinggi lantaran terjadi
kekosongan pasokan yang bersifat sementara. Sideback, kala itu produksi
Lada Bazil anjlok karena pengaruh Hama. Pada kasus Lada jelas, bahwa
Kalbar mengembang kan komoditi yang belum memiliki PASAR yang jelas (
Captive Market ).
Contoh lain, termasuk orang tua Penulis pernah
turut membudidayakan Perkebunan Jarak. Konon Buah Jarak dapat
dijadikan Bahan Baku industri Bahan Bakar Alternative (Pengganti BBM) . Adalah jelas
teorinya, yang namanya Energi pasti selalu dibutuhkan. Namun setelah
pohon jarak berbuah dan buahnya berguguran hingga menjadi anakan dan
anakan itu berbuah lagi, Lantas akan dijual kemana?.
Ternyata
diperlukan Pabrikasi dengan penggunaan tingkatan teknologi tertentu dan
Biaya Produksi yang tinggi , sehingga belum competitive dalam pemasarannya.
Pada
kasus ini, komoditi yang dikembangkan memiliki PASAR yang jelas, namun
kalah dala masalah Harga Jual Lantaran Harga Pokok Produksinya masih
jauh diatas Harga BBM yang ada.
KELAYAKAN
1. Layak Tanam
Kalbar
memang memiliki Keunggulan Iklim ( Geografie dan Topografie ) yang
memungkinkan sebagai Produsen Produk Perkebunan Nomor Satu Didunia.
Pernah menyandang Peng-eksport Karet, Kopra terbesar dunia. Saat ini
sedang berambisi untuk menjadi peng-eksport CPO terbesar didunia. Itu
artinya Kalbar didukung dengan Geografie dan Topografie-nya memang
Layak Tanam dari sekian banyak Komoditi Perkebunan.
2. Layak Usaha
Tidak
semua Komoditi Perkebunan yang Layak Tanam adalah Layak Usaha. Sebagai contoh dapat dilihat pada Komoditi Perkebunan seperti
LADA. Dari sisi Kelayakan Usaha, Lada adalah rempah-rempahan yang
memiliki Pasar yang terbatas. Lada hanya layak Usaha jika di
Budidayakan dalam Volume Terbatas (sesuai daya serap pasar). sehingga
tidak layak untuk dijadikan produk massal.
Demikian pada
Budidaya JARAK, yang memang didukung keunggulan Iklim adalah Layak
Tanam. Namun Jarak memerlukan Pengolahan lanjutan dalam proses pabrikasi
dan biaya produksi yang belum sebanding dengan Harga Jualnya. Dalam
kasus ini Pasar memang terbuka, namun terbentur Harga Jual Produk yg
tidak kompetitive.
Banyak contoh lain, seperti Perkebunan Buah
Musiman ( Durian, Rambutan, Duku/Langsat) terlalu banyak kendala untuk
dikembangkan menjadi Komoditi yang LAYAK USAHA. Pada musimnya buah
berlimpah, selanjutnya terjadi kekosongan lagi.
Kelayakan
Usaha setiap komoditi perkebunan adalah berbeda satu sama lain.
Kelayakan Usaha suatu Komoditi ditentukan oleh Pasar dan
Pemasarannya. Sebagai contoh Perkebunan Sawit yang sedang Hit
saat ini di Kalbar. Didukung Deregulasi berbagai peraturan sehingga ia
menjadi Komoditi Primadona saat ini. Untuk sementara Penulis setuju
menyebutnya sebagai Komoditi yang Layak Usaha lantaran CPO memiliki
Pasar yang jelas.
Dari sudut pandang Pasar dan Pemasaran, Sawit
baru dipasarkan dalam bentuk CPO ( Bahan Baku ) sekitar 50 – 70
jenis produk lanjutan. Jika dibandingkan dengan Karet dan Kopra yang
telah ada sebelumnya, maka CPO – Kopra – Karet memiliki Captive Market
yang sama, yakni sama-sama dipasarkan kemanca Negara sebagai Bahan Baku.
Sedikit
masukan, jika Perkebunan Sawit hanya sebatas AMBISI sebagai exporter
terbesar CPO didunia, maka terdapat kemungkinan Komoditi Perkebunan
Sawit juga akan bernasib sama dengan Kopra dan Karet yang telah ada
sebelumnya. Rentan terhadap krisis dan Rentan dalam Persaingan bisnis. Untuk mengurangi tingkat kerentanan itu, tiada pilihan terkecuali juga
harus menjadi Produsen Lanjutannya. Terdapat 50 – 70 jenis produk
lanjutan yang dapat dihasilkan dari CPO. Disinilah tantangannya agar
Sawit dapat disebut sebagai Komoditi Perkebunan bernilai ekonomi tinggi.
PENGAYAAN KOMODITI PERKEBUNAN
Diperlukan
pemilihan komoditi yang cocok dan layak khusus bagi Pengayaan Komoditi
Budidaya Perkebunan Rakyat. Pertimbangannya juga sama , yakni Komoditi
Perkebunan yang LAYAK TANAM dan LAYAK USAHA.
Karena bersifat
Pengayaan, maka komoditi terpilih tidak bertujuan menyaingi komoditi
yang telah ada. Adalah perlu menetapkan pilihan komoditi yang sinergis
dengan yang lain , dan tidak kalah pentingnya komoditi yang memiliki
Multiflier-effect tinggi bagi perekonomian rakyat, Daerah dan Negara.
TECTONA GRANDIS / POHON JATI
Tectona
Grandis ( Jati ) adalah sebuah alternative yang dikedepankan.
Tujuannya adalah Menghasilkan / Memproduksi KAYU sebagai Bahan Baku
Industri Furnitur, Internit-Externit bangunan, Kapal Kayu, Bak Truk dan
dsb.
Dasar pemilihan komoditi :
· Memiliki Prosfek Budidaya Perkebunan yang didukung Iklim, Lahan, SDM dan Penguasaan teknologi
budidaya perkebunan
· Memiliki SDM yang sedang mencari Lapangan kerja yang sebagian besar
menguasai / siap dikembangkan
untuk Budidaya Perkebunan dan SDM yang
Menguasai / siap dikembangkan menguasai Teknologi
Pertukangan (Tukang
Kayu )
· Memiliki Lahan tidur sedemikian luas
· Memiliki Keunggulan Alam Tropis
· Menguasai Teknologi Pengolahan / Industri Lanjutan Produk berbasis kayu, dengan teknologi sederhana
( sekedar Gergaji, Ketam, Palu, Pahat, Bor, Kikir, Amplas ) yang keseluruhannya tersedia cukup
dipasaran dengan harga yang relative terjangkau, baik yang manual , Mekanik maupun Electrics
· Pada akhir-akhir ini banyak Usaha Meubel Mikro – Kecil harus tutup karena kesulitan Bahan Baku.
· Memiliki Prosfek Pasar yang jelas dan berkembang seiring perkembangan peradaban.
· Memiliki Prosfek Pemasaran yang tahan terhadap Krisis
· Memiliki Kesempatan Pasar yang lebih fleksibel karena sifat produk yang tahan lama, tidak lapuk, tidak
berjamur, tidak berbubuk
Keunggulan :
· Berpotensi mendukung Kelestarian Alam dan Perbaikan ekosistem
· Sinergis bagi tujuan Pencegahan illegal loging
·
Sinergis bagi tujuan Wisata, Pendidikan-Kepramukaan, Hutan Kota,
Penguat Badan jalan, Penguat
Tanggul , Penguat Bibir Sungai atau DAS
dsb.
· Limbah minimal, karena hampir seluruh bagian pohon memiliki nilai ekonomi
Kelemahan :
Tidak ditemukan kelemahan.
Semakin
banyak yang dapat bergantung hidup melalui komooditi yang dikembangkan,
maka semakin tinggi multiflier. Ukuran Multiflier juga dapat dilihat
dari pengaruhnya terhadap :
· Kesempatan Berusaha ( Investasi ) Budidaya Kebun
·
Kesempatan Berusaha Industri Pengolahan Furniture , Kerajinan Seni
Pahat Kreative, Kerajinan
Seni Ukir Kreative, Industri Internit-Externit
Bangunan, Kapal Kayu, Bak Truk dsb.
· Kesempatan Membuka Lapangan Kerja
· Kesempatan Menjaga Kelestarian Alam
· Kesempatan Membatasi Limbah berbahaya bagi kehidupan manusia, flora dan fauna.
PROSFEK KELAYAKAN INVESTASI BUDIDAYA JATI
BAGI PERKEBUNAN RAKYAT
·
Dapat dan Layak dilakukan dalam skala Mikro – Kecil sesuai dengan Luas
Lahan yang tersedia /
dimiliki . Cukup 25 pohon untuk lahan 100 M2 ,
atau 50 pohon untuk Luas Lahan 200 M2 dan
seterusnya 2.500 pohon Per
Hektar untuk jarak tanam 2 x 2 M2.
· Tidak membutuhkan Pupuk yang berlebihan ,kalaupun ada, itupun sekedar Pupuk Kandang pada
Awal awal / Pra tanam
·
Biaya / Investasi relative murah, karena sebatas Membersihkan –
Mengemburkan – Membuat
Galang / Unggukan – Membuat Saluran iritasi
lahan dan Pengadaan Bibit yang disarankan.
· Biaya
Perawatan relative ringan, karena sebatas :
(1) Menjaga kebun dari
gangguan Gulma rerumputan pengganggu (Tahun Pertama),
(2) Menyiang /
Membuang Tunas selagi masih muda yang akan muncul pada bekas Ketiak
Daun (Tahun
kedua) ,
(3) Menjaga agar pohon tetap tegak , dan
(4)
Menjaga iritasi lahan dari genangan air yang berlebihan. Intensitas
perawatan hanya diperlukan pada
tahun Pertama dan Kedua. Pada tahun
Ketiga pohon telah mampu / kuat / mandiri. Selebihnya
Perawatan sekedar
membuang Tunas batang yang biasanya akan selalu muncul pada bekas ketiak
daun.
Tunas yg muncul jika dibiarkan akan tumbuh membentuk Cabang. Jika
penyiangan tunas dalam kondisi
tua disamping sulit dilakukan ( A lot /
Liut ) juga akan menyisakan bonggol hitam (Pusar) yang akan
mengurangi
kualitas kayu.
· Investasi Budidaya Kebun Jati disamping
berpotensi ekonomi tinggi ( Mulflier effect ) juga Sinergis
dengan
Pengembangan Komoditi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang lain.
Sinergis dalam
kelestarian alam, dimana akarnya akan membentuk
kantong-kantong air tanah dan Daunnya
menyumbang oksigen (bagian dari
paru-paru dunia).
· Investrasi Budidaya Kebun Jati berpotensi dan sinergis bagi tujuan lain :
-
Jika kebun ditata sedemikian rupa sinergis bagi tujuan Hutan Wisata,
Hutan Penelitian, Hutan
Pendidikan ( Bumi Perkemahan ), Hutan Kota
- Berpotensi sebagai Penguat Tanggul , Penguat Badan Jalan , Pohon Penyejuk Peternakan Unggas
- Berpotensi muncul dan berkembangnya Satwa Burung pemakan Ulat Daun seperti Cicakrowo,
Tiongkandang dan Tekukur.
·
Investasi Budidaya Kebun Jati disamping berpotensi berkembangnya
Investasi Industri Pengolahan,
juga pada waktunya berpotensi
berkembangnya Usaha Jasa, Usaha Perdagangan / export
PROSFEK KELAYAKAN TABUNGAN
Budidaya
dalam skala besar disebut / diungkapkan dengan istilah Investasi. Dalam
ukuran kecil semisal ukuran 100 M2 ( 25 pohon ) atau 200 M2 ( 50 pohon
) mungkin lebih mengena untuk disebut Tabungan. Kebun Tabungan untuk
Pendidikan anak, Tabungan untuk Haji. Adalah sudah lumrah
terjadi di Jawa, Petani menjual 1 pohon jati untuk Biaya anak masuk
Perguruan Tinggi, menjual 10 pohon untuk ONH suami dan istri.
Bagi
kalangan Pegawai Negeri Sivil / Militer adalah bijak mempersiapkan
tabungan 8 – 10 tahun sebelum Purnabhakti. Disamping menabung bagi alas
an ekonomi, juga menabung bagi tujuan Kesibukan Hari Tua agar
terhindar dari Pension-syindrom.
Penggunaan istilah TABUNGAN
adalah juga dikandung masud sebagai sebuah ajakan kepada semua kalangan,
bahwa dalam Memulai Budidaya Kebun Jati dapat dilakukan secara
bertahap walau sekedar 5 – 10 pohon, pada kesempatan berikutnya dapat
ditambah lagi. Pemanfaatan lahan tidur disekitar pemukiman
disamping mempermudah Perawatan, Pengawasan, juga dimungkinkan beternak
unggas, Kambing , Sapi.
Terdapat kemungkinan Kebun yag baru berusia 2 – 3 tahun dijual – Sewa. Dalam Jual-Sewa , Pembeli hanya membeli isi kebun dengan menyewa lahan hingga waktu panen yang disepakati.
PROSFEK MULTIFLIER
Budidaya
Perkebunan bertujuan menciptakan Bahan Baku Industri Furnitur, Industri
Mebellier, Exterior/Interior Bangunan, Industri Seni Ukir, Seni Pahat, Industri Sauvenier, Industri
Kapal Kayu. Setiap tahapan baik dari Usaha Pembibitan, Usaha Budidaya
Perkebunan, Usaha Perawatan kebun, Pengangkutan dan Usaha Pengolahan
menjadi produk jadi hingga usaha Pemasaran secara keseluruhan adalah
Kesempatan berusaha dan sekaligus Kesempatan Lapangan kerja.
Sesuai
tahapan perkembangannya akan bermunculan kegiatan jasa dan pedagang
yang berbasis dari usaha budidaya kebun jati. Sedemikian luas kesempatan
usaha, sedemikian banyak masyarakat akan terlibat dan bergantung hidup
disana, sedemikian besar kemungkinan produk yang akan dihasilkan dari
Bahan Baku berbasis Kayu Jati. Bagian penting yang ingin dikemukakan
bahwa, masyarakat memiliki potensi dan kemampuan dari sejak Pembibitan ,
Budidaya Perkebunan , Industri Pengolahan (Pertukangan) hingga kegiatan
Pemasaran.
Demikian juga mengenai pengadaan Alat dan Peralatan
Pertukangan , karena hanya sekedar memerlukan Gergaji, Ketam, Palu,
Pahat, Bor , Kikir, Amplas. Keseluruhan sudah mampu dikembangkan dengan
teknologi local yang tersedia cukup di Pasaran ( Manual, Mekanik dan
Elektrik). Tidak terdapat unsure ketergantungan dengan pihak luar
negeri, sebagai produsen perkebunan dan produsen produk olahannya dan
karenanya kita juga akan menguasai Pengendalian Penetapan Harga Jual.