Jumat, 03 Mei 2013

                                                            USAHA PEMBIBITAN JATI
                                                                (TECTONA GRANDIS)
                                                       POHON PEMBUKA KESEMPATAN
                                                                    Oleh : Suherman
                                                                  +6289694176881

PENDAHULUAN


Tujuan : Menyediakan Bibit yang standar bagi keperluan Budidaya Perkebunan Jati Rakkyat, khususnya untuk masyarakat di sekitar Kota Pontianak - Kalimantan Barat
 

A.   MEMECAH ISSU NEGATIVE TENTANG TECTONA GRANDIS

Ditemukan anggapan dari sebagian masyarakat, bahwa  Pohon Jati  (  Tectona Grandis ) adalah TIDAK LAYAK untuk di Budidayakan di Kalbar. Pohon akan tumbuh Kerdil bercabang banyak,  Batang pohon berlubang ditengah ( pulur kosong), Hidup Meragan  ( Hidup susah matipun tidak ). Sedangkan Kayu-nya hanya dapat dijadikan sebagai kayu bakar.

Benar atau salah anggapan itu,setidaknya itulah masukan yang diterima dari sebagian masyarakat yang telah mencoba menanam. Tidak bermaksud menepis anggapan, dan juga tidak ingin berhenti pada titik yang belum jelas. Dengan logika sederhana, pohon Rambutan ditanam dimanapun akan tetap tumbuh sebagai pohon Rambutan. Demikian juga dengan Pohon Jati. 

Setelah mencoba melakukan Pembibitan sendiri, dan setelah menanam walau dalam jumlah yang terbatas, diyakini bahwa :

1. Kesalahan terletak penggunaan  BIBIT  ( tidak standar )
2. Pengolahan Lahan Pra Tanam.


B.   PEMBIBITAN TECTONA GRANDIS


Terdapat 2 (dua) cara pembibitan :

 1.    Bibit Tradisional (Alami )

Adalah Bibit  yang berasal dari Kecambah  Buah Jati pilihan dari pohon indukan tua.  Cara / Metoda pembibitan ini relative lebih rumit, membutuhkan kesabaran , keuletan ,  waktu relative lama dan kecambah tidak tumbuh bersamaan.  Namun bibit Tradisional memiliki keunggulan mengikuti sifat asli indukan, berakar Serabut dan Akar Tunjang , Berdaun Lebar dapat bertahan hidup hingga 500 tahun.


Kelemahan :
·  Harga Bibit relative lebih mahal
·  Pengangkutan Bibit kelokasi tanam relative lebih mahal, karena Bibit    harus diangkut dalam kondisi segar

Bibit yang tersedia saat ini adalah Angkatan Keempat. Dari Tiga angkatan sebelumnya telah tersebar di beberapa Kabupaten dan yang terbanyak telah ditanam di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sintang, Bengkayang dan sekitar Kota Singkawang. Hanya saja penanaman baru bersifat percobaan. Sejauh yang dapat kami pantau,  Pohon Jati yang MENGGUNAKAN BIBIT ALAMI tumbuh normal bahkan lebih cepat 3-4 bulan Pertumbuhan pertahun.

Percepatan pertumbuhan pohon Jati di Kalbar didukung oleh curah hujan yang tinggi dan Ketinggian Lahan dari Permukaan Laut  ( 1-8 M dari permukaan laut). Sekalipun musim kemarau,  persediaan air tanah masih cukup bagi Pertumbuhan pohon. Pohon Jati tidak mengalami Gugur Daun (istirahat). 

Dari Pohon Jati yang telah ditanam, kami tidak menemukan hal-hal seperti didugakan (issu negative tentang Tectona Grandis). Setelah menebang beberapa pohon, kami juga tidak menemukan adanya Batang yang berlubang. Sebaliknya kami menemukan bahwa Tectona Grandis adalah POHON BANDEL PANTANG MENYERAH. Jika ditebang, maka dia akan tumbuh kembali.



2.   Bibit Rekayasa (Kultur Jaringan)

Pengembangan Bibit yang berasal dari  Tunas daun , Tunas batang atau Tunas akar   dari pohon jati indukan. Cara pembibitan ini relative lebih mudah, bibit tumbuh seragam.  Kelemahan Bibit Rekayasa  ini terletak pada Kelengkapan Akar, yang  hanya memiliki Akar Serabut tanpa akar tunjang.

Penggunaan bibit ini berakibat pohon akan tumbuh  berbeda dari sifat indukannya : Berubah menjadi pohon Perdu (Kerdil dan bercabang banyak), Mengalami ketuaan sebelum waktunya sehingga batang pohon akan berlubang, mudah tumbang serta tidak memiliki daya tahan dari penyakit.

Kemudahan penggunaan bibit ini , disamping harga bibit lebih murah,  Bibit dapat dibawa kelokasi penanaman dalam bentuk kemasan praktis
Bagi keperluan Budidaya,  TIDAK disarankan penggunaan bibit rekayasa


C.   PROSFECTIVE

  1. Tectona Grandis  adalah Prosfektus bagi ekonomi dan perekonomi rakyat karena dapat dikembangkan melalui usaha budidaya  Mikro – Kecil – Menengah - Besar
  2. Tectona Grandis sebagai Pohon Tropis Prosfektus bagi Kelestarian Alam , Perbaikan Ekosistem dan  Mengurangi kebiasaan merambah hutan.
  3. Tectona Grandis sebagai Pohon Tropis Prosfektus bagi Pengayaan Komoditi Perkebunan Rakyat,  sinergis dengan Komoditi perkebunan  HTI , Hutan Kota , Hutan Wisata , Hutan Penelitian , Hutan Pendidikan/Kepramukaan
  4. Tectona Grandis sebagai Pohon Tropis Prosfektus bagi Membuka Kesempatan Investasi Industri Pengolahan Furnitur, Maubeller , Exterior-Interior rumah mewah,  Kerajinan Seni pahat creative,       Kerajinan Seni ukir creative , Industri Kapal Kayu , Bak Truk dll.
  5. Tectona Grandis sudah Teruji Layak Budidaya , terutama di Pulau Jawa
  6.  Tectona Grandis memiliki Tektur Kayu yang ideal bagi Bahan Baku Industri Pengolahan Furnitur,Maubeller , Kerajinan Seni pahat creative, Kerajinan Seni ukir creative , Industri Kapal Kayu , Bak Truk dll

D.   PENGENALAN TECTONA GRANDIS

Tectona Grandis  merupakan tanaman keras ( Pohon Tropis)   yang dapat tumbuh pada lahan lembab hingga lahan kering termasuk Lahan Gambut.  Pohon yang bandel, sekalipun ditebang akan bertunas kembali. Banyak dibudidayakan dipulau jawa karena keunggulannya dari segi kwalitas kayu dan Harga jual yang tinggi serta Dapat dipanen dalam Usia  tanam relative pendek ( Usia 8 – 10 tahun )

Tergolong sebagai kayu mewah lantaran :
  1.  Memiliki Harga Jual Paling tinggi  serta memiliki
  2.  Memiliki kelas awet yang tinggi (hampir sama dengan keawetan kayu Besi / Belian), anti rayap dan anti jamur , tidak mudah Pecah / Patah / melengkung sekalipun dalam ukuran yang tipis.

Keistimewaan kayu Tectona Grandis adalah terletak pada Tektur kayunya :
 ·         Memiliki Serat yang halus
 ·         Warna dan  corak kayu yang indah serta
 ·         Bobot yang lebih ringan.


Keistimewaan lain :

  1. Setelah ditebang, pada bonggol sisa tebangan akan tumbuh beberapa Tunas baru. Buang dan sisakan 1  (satu) untuk  dibesarkan kembali sebagai pohon generasi Kedua. Generasi kedua ini akan tumbuh lebih     baik  karena telah memiliki Akar yang mapan.
  2. Jika ingin diganti dengan Bibit yang baru, maka Bonggol Akar Tectona Grandis juga memiliki Harga Jual yang relative tinggi,  terutama bagi keperluan Bahan Baku Seni Pahat dan Seni Ukir serta Produk Seni Kreative lainnya.


   PROSFEK BUDIDAYA TECTONA GRANDIS

  1. Bahwa, sepanjang masih ada peradaban dimuka bumi ini, maka  KAYU pasti masih dibutuhkan
  2. Dari perjalanan sejarah, Harga jual kayu tidak mengenal  “ Turun harga terkecuali Naik “
  3. Tectona Grandis dapat dipanen pada batas usia Pertumbuhan Ekonomis  8 -10 tahun usia tanam.      Diatas     usia 10 tahun Tectona Grandis memasuki masa Pertumbuhan Lamban, dimana pohon lebih terkonsentrasi untuk pertumbuhan Pembesaran diameter batang dan pematangan Tecture kayu (kuwalitas kayu).
  4. Pasca panen / setelah ditebang , pada bonggol akar akan muncul beberapa Tunas baru.  Buang dan sisakan satu tunas untuk dibesarkan kembali. Tunas generasi kedua ini akan tumbuh lebih cepat danlebih baik dari generasi pertama, lantaran telah memiliki akar yang mapan.
  5. Tectona Grandis hemat lahan, dapat tumbuh dan membesar dengan baik pada jarak tananam   2 x 2 Meter atau 2.500 batang per Hektar 
  6. Jarak tanam Tectona Grandis dapat disesuaikan dengan tujuan penanaman seperti :
·         Ditata khusus bagi keperluan Penyejuk bagi lingkungan Peternakan Unggas
·         Ditata khusus bagi keperluan Hutan Wisata
·         Ditata khusus bagi keperluan Penguat Badan Jalan
·         Ditata khusus bagi keperluan Penguat Tanggul
·         Ditata khusus bagi keperluan Hutan Pendidikan / Kepramukaan ( Bumi Perkemahan )
·         Ditata khusus bagi keperluan Pengembangan Villa Peristirahatan  bernuansa Hutan Jati.    
    
     7.  Budidaya Tectona Grandis tidak mengenal Persaingan antar se-sama petani dan bahkan sinergis.
          Semakin banyak petani yang membudidayakan Tectona Grandis sehingga mewarnai  dan menjadi ciri
          suatu daerah/wilayah  , maka akan semakin baik dalam hal Pemasaran karena akan menjadi kartu
          undangan bagi pembeli dari luar

      8. Budidaya Tectona Grandis tidak membutuhkan pupuk yang berlebihan  terkecuali sekedar pupuk
          kandang itupun pada awal penanaman. Bagian penting adalah  Perawatan  , itupun sekedar menjaga
          kebersihan lahan, penyiangan Tunas yang muncul dari bekas ketiak tangkai daun, dan  iritasi lahan dari
          genangan air yang berlebihan.

    9.  Pada Musim Kering Pohon Jati akan secara alami mengalami istirahat (  Menggugurkan Daun }. 
        Tunas akan berkembang kembali ketika musim hujan tiba. Untuk kondisi di  Kalbar yg  memiliki  
        Geografie dan Topografie yang sedemikian ideal, dimana sekalipun Musim Kemarau panjang,
        persediaan air tanah masih tersedia cukup bagi pertumbuhan pohon. Sebagai bahan perbandingan
        dapat     dilihat Perkebunan Jati yang ada di Jawa  yang  selalu mengalami Musim Kering 3 – 4
        bulan/tahun. Dengan demikian Kalbar memiliki Potensi Lebih  cepat   3 – 4  bulan/tahun dalam hal
        pertumbuhan pohon.

10.  Tectona Grandis dapat tumbuh sinergis dengan komoditi perkebunan yg lain
       


PENGATURAN JARAK TANAM       

Pengaturan jarak tanam adalah  teknis penghematan lahan dan efisiensi Perawatan kebun.  Dibalik Penataan yang lurus dan jarak tanam terdapat tujuan agar pohon  bersaing untuk memperoleh sinar matahari sehingga tumbuh lurus  menjulang tinggi dengan sedikit pembentukan cabang.

Jarak Tanam :

·         1 x 1 M2     =  5 000 pohon Per Hektar
·         2 x 2 M2     =  2 500 pohon Per Hektar
·         3 x 3 M2     =  1.250 pohon Per Hektar ( disarankan )
·         4 x 4 M2     =     625 pohon Per Hektar

Pengaturan jarak tanam yang disarankan adalah  3 x 3 M2, atau  1.250 batang Per hektar.    Dengan jarak ini tidak ada panen penjarangan. Biasanya Panen dilakukan pada usia pohon 8 – 10 tahun ( Puncak Pertumbuhan Ekonomis) . Pada usia itu setiap pohon telah  berukuran  :
Diameter batang  30 – 35  CM dengan ketinggian pohon 15 – 18 Meter,
Volume kayu Per pohon  1 – 1,5 M3


SYARAT  PENANAMAN TECTONA GRANDIS


1. Curah hujan 1500-2500 mm/tahun.
2. Bulan kering 2-4 bulan.
3. Tinggi lokasi penanaman 3 – 1000 meter dari permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. Ph tanah 4-8.
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan cadas.


CIRI – CIRI PERTUMBUHAN  POHON TECTONA GRANDIS

.  Pada tahun Pertama dan Kedua pohon tumbuh jangkung menjulang  7-9 M
·  Berdaun Lebar ( bisa selebar daun Kates / Lingkaran Pelukan orang    dewasa ) semakin besar pohon
    lebar daun semakin mengecil, namun lebih    lebar dari daun pohon Ketapang
·  Pada tahun Ketiga pertumbuhan ketinggi semakin melamban, konsentrasi    pertumbuhan pada
    pembesaran batang


PERAWATAN

  1.  Bersihkan lahan dari gulma rerumputan dan sisa tebangan. Tiriskan   genangan air yang berlebihan
  2.  Buang selagi masih muda Tunas-tunas yang biasanya muncul pada   batang   (bekas setiap ketiak   daun ). Jika  dibiarkan, tunas tunas itu akan  tumbuh menjadi Cabang.  Dengan membuang tunas-tunas muda yg tumbuh dibatang, pohon akan berkonsentrasi pada ketinggian dan    pembesaran batang.
  3. Tunas yang perlu dijaga adalah tunas paling ujung, karena rapuh / mudah patah dan pastikan tidak ada penghalang (walaupun sekedar kabel listrik / Telepon) karena tunas akan secara otomatis menghindar dan pohon tumbuh bengkok.


      
 PROSFEK PASAR DAN PEMASARAN

  • Tidak tergolong illegal loging, sehingga dapat diperdagangkan bebas seperti halnya hasil perkebunan lainnya. 
  • Kayu Tectona Grandis dapat dijual dalam kondisi hidup ( baru ditebang  jika sudah disepakatipersyaratan jual – beli ), semakin lama ditunda akan semakin baik hasil jualnya karena peningkatan volume dan  peningkatan kuwalitas kayu. ( Harga kayu ditentukan oleh usia pohon, semakin tua  semakin tinggi harganya).
  • Tectona Grandis Dapat dipanen dalam Usia 8 – 10 tahun ( Usia Pertumbuhan Ekonomis ). Setelah usia itu pohon memasuki masa pertumbuhan lamban berkonsentrasi pada pembesaran batang danPematangan Tecture kayu 
  • Pemasaran Kayu Tectona Grandis tidak mengenal Kadaluarsa (rusak / busuk)  seperti dalam halpemasaran buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian dan bunga-bungaan.
  • Pasar dan Pemasaran Kayu  bebas dari  akses negative Krisis moneter / Krisis Global, karena Harga jual kayu akan terus naik selaras dengan  inflasi yang terjadi. 
  • Kayu Tectona Grandis  jika tidak ingin dijual dalam bentuk Kayu (Log),  juga dapat diolah sendiri dengan teknologi local. Tersedianya ahli pertukangan (tukang kayu)  dan Alat serta Peralata pengolahan  yang  sederhana ( Dari sekedar Gergaji, Palu,Ketam, Pahat, Bor, Amplas ) cukup tersedi dipasaran baik dlm bentuk alat manual , mekanik dan  electrics. 
  • Hampir seluruh bagian dari Pohon Jati memiliki Nilai Ekonomi, dari daun , batang hingga Bonggol Akar. Demikian hingga sisa potongan terkecil  dari batang pohon dapat dijadikan produk bernilai ekonomi tinggi  ( Barang-barang Souvenier berupa Kerajinan Seni Pahat dan Seni Ukir).  Sedangkan Daun Jati  disamping dapat berganti fungsi dengan daun  Pisang baik sebagai bahan pembungkus makanan , juga dapat dijadikan    Media pembuatan Ragi Tempe. Khusus dalam pembuatan Ragi Tempe  yang menggunakan media daun jati, akan menghasilkan Kegurihan dan  Aroma yang eksklusive.


ANALISIS  PASAR DAN PEMASARAN

Intinya menanam pohon apapun jenis komoditinya adalah bernilai positive bagi hidup dan kehidupan.  Namun jika Menenam yang bersahaja untuk keperluan Budidaya, maka Asfek Pasar dan Pemasaran menjadi dominant  untuk diperhitungkan.

Khususnya Kalbar pernah Berjaya dalam export Karet dan Kopra. Sedemikian mendominasi Perekonomian masyarakat dan  Daerah , namun pada akhir memudar. Penyebabnya adalah masalah Pasar dan Pemasaran dari kedua komoditi tersebut.

Kalbar juga pernah heboh dengan budidaya Lada. Sejauh kaki berjalan selalu menemui perkebunan lada milik rakyat. Lebih tragis Perkebunan Lada milik rakyat tersebut mengalami Layu sebelum berkembang, yang juga kandas dari asfek pasar dan pemasarannya. Selebihynya masih terdapat komoditi-komoditi lain milik rakyat ( digalakkan kepada rakyat untuk budidayanya) seperti Pohon Jarak, Pohon Cengkeh, Coklat semua bernasib yang sama.

Selain itu juga terdapat jenis-jenis komoditi perkebunan rakyat yang masih mampu  sekedar bertahan.    Ada Kopi , Jeruk,  Buah-buahan Musiman, Biji-bijian, Umbi-umbian. Jika disimak lebih jauh komoditi yang mampu bertahan itu adalah komoditi perkebunan rakyat yang dapat dikonsumsi langsung (segar).


1.    Keunggulan Alam Tropis

Kalbar  adalah Daratan Pusat Iklim Tropis yang ada dibelahan Asia, karena tepat berada pada Garis Khatulistiwa (Equator). Daratan lain dari belahan dunia yang memiliki karakteristik alam yang sama dengan Kalbar adalah Daratan Amerika Latin dan Sebagian Aprika. Ciri utama dari iklim tropis adalah :

·         Memperoleh Sinar Matahari  sepanjang tahun ,
·         Curah Hujan Tinggi,
·         Hanya mempunyai dua musim ( Musim Hujan dan Musim Kemarau ).
·         Ciri lain, memiliki Sungai buatan alam yang lebar dan panjang.

Di kalbar ada Sungai Kapuas, disana ada Sungai Amazon. Di Kalbar ada Ikan Silok (Arwana), disana ada Piranha. DiKalbar pernah ada Hutan Belantara Kalbar  yang pernah menjadi paru-paru dunia, disana juga terdapat hutan belantara Amazon yang juga menjadi bagian dari paru-paru dunia.

Kedua belahan bumi menjadi sedemikian mirip dan karenanya kedua belahan bumi memiliki produk Pertanian – Perkebunan – Kehutanan yang hampir  sama, termasuk  permasalahan kerusakan ekosistem yang dihadapi juga sama. Kedua belahan sama-sama menerima tudingan dunia tentang eksploitasi hutan, perambahan hutan, termasuk masalah Moratorium Kehutanan.  Kini kedua belahan bumi juga menempuh solusi yang sama, yakni Reboisasi melalui Hutan Tanaman Industri (HTI).

Dikenal oleh  dunia tentang  Kopi Brazil, Karet Brazil,  Lada Brazil, Pisang Brazil , Pele sijago tendang kulit bundar.  Kalbar hanya berbeda belum memiliki Pele. Memang benar-benar mirip hingga jenis Satwa dan Fauna  semua hamper sama. Termasuk Masalah dan Permasalahan Kemiskinan – Pengangguran – Kriminalitasnya. Dengan demikian soal keunggulan adalah sama, yakni  Keunggulan Iklim Tropis.


2.    Marketing

Jika ingin dicari beda dari kedua belahan, maka perbedaannya adalah terletak pada masalah Marketing. Masalah Pasar dan Pemasaran dari Produk Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Kalbar terlanjur ketinggalan. 

Terdapat contoh yang perlu dikemukakan, bahwa Kalbar pernah mengalami Demam Lada. Sejauh kaki berjalan selalu menemui hamparan Kebun Lada (Sahang). Ironis investasi perkebunan lada masyarakat hanya menghasilkan kerugian. Jika  kita dalami dan sideback, bahwa kegagalan perkebunan lada Kalbar adalah Kegagalan Analisa Pasar . Petani hanya dijejali dengan informasi tentang HARGA LADA yang sedang Hit.  Padahal Harga yang tinggi lantaran terjadi kekosongan pasokan yang bersifat sementara. Sideback, kala itu produksi Lada Bazil anjlok karena pengaruh Hama. Pada kasus Lada jelas, bahwa Kalbar mengembang kan komoditi yang belum memiliki PASAR yang jelas ( Captive Market ).

Contoh lain, termasuk orang tua Penulis pernah turut membudidayakan Perkebunan Jarak.   Konon Buah Jarak dapat dijadikan Bahan Baku industri Bahan Bakar Alternative (Pengganti BBM) .   Adalah jelas teorinya, yang namanya Energi pasti selalu dibutuhkan.  Namun setelah pohon jarak berbuah dan buahnya berguguran hingga menjadi anakan dan anakan itu berbuah lagi,  Lantas akan dijual kemana?.
Ternyata diperlukan Pabrikasi dengan penggunaan tingkatan teknologi tertentu dan  Biaya Produksi yang tinggi , sehingga belum competitive dalam pemasarannya.
Pada kasus ini, komoditi yang dikembangkan memiliki  PASAR yang jelas, namun  kalah dala masalah Harga Jual  Lantaran Harga Pokok Produksinya masih jauh diatas  Harga BBM  yang ada.

 
KELAYAKAN


1.  Layak Tanam

Kalbar memang memiliki Keunggulan Iklim ( Geografie dan Topografie ) yang memungkinkan sebagai Produsen Produk Perkebunan Nomor Satu Didunia.  Pernah menyandang Peng-eksport Karet, Kopra  terbesar dunia. Saat ini sedang berambisi untuk menjadi peng-eksport CPO terbesar didunia. Itu artinya  Kalbar didukung dengan Geografie dan Topografie-nya memang  Layak Tanam  dari sekian banyak Komoditi Perkebunan.


2. Layak Usaha

Tidak semua Komoditi Perkebunan yang Layak Tanam adalah Layak Usaha.   Sebagai contoh dapat dilihat pada Komoditi Perkebunan seperti LADA. Dari sisi Kelayakan Usaha, Lada  adalah rempah-rempahan yang memiliki Pasar yang terbatas.   Lada hanya layak  Usaha jika di Budidayakan dalam Volume Terbatas (sesuai daya serap pasar). sehingga tidak layak untuk dijadikan produk massal.

Demikian pada Budidaya JARAK, yang memang didukung keunggulan Iklim adalah Layak Tanam. Namun Jarak memerlukan Pengolahan lanjutan dalam proses pabrikasi dan biaya produksi yang belum sebanding dengan Harga Jualnya.  Dalam kasus ini Pasar memang terbuka, namun terbentur  Harga Jual Produk yg tidak kompetitive.

Banyak contoh lain, seperti Perkebunan Buah Musiman ( Durian, Rambutan, Duku/Langsat) terlalu banyak kendala untuk dikembangkan menjadi Komoditi yang LAYAK USAHA.     Pada musimnya buah berlimpah, selanjutnya terjadi kekosongan lagi.

Kelayakan Usaha setiap komoditi perkebunan adalah berbeda satu sama lain.  Kelayakan Usaha suatu Komoditi ditentukan oleh Pasar dan Pemasarannya.   Sebagai contoh Perkebunan Sawit yang sedang Hit saat ini di Kalbar. Didukung Deregulasi berbagai peraturan sehingga ia menjadi Komoditi Primadona saat ini. Untuk sementara Penulis setuju menyebutnya sebagai Komoditi yang Layak Usaha lantaran CPO memiliki Pasar yang jelas.

Dari sudut pandang Pasar dan Pemasaran, Sawit baru dipasarkan dalam bentuk CPO  ( Bahan Baku ) sekitar 50 – 70 jenis produk lanjutan. Jika dibandingkan dengan Karet dan Kopra yang telah ada sebelumnya, maka CPO – Kopra – Karet  memiliki Captive Market yang sama, yakni sama-sama dipasarkan kemanca Negara sebagai Bahan Baku.

Sedikit masukan, jika Perkebunan Sawit hanya sebatas AMBISI sebagai exporter terbesar CPO didunia, maka terdapat kemungkinan Komoditi Perkebunan Sawit juga akan bernasib sama dengan  Kopra dan Karet yang telah ada sebelumnya.  Rentan terhadap krisis dan Rentan dalam Persaingan bisnis.  Untuk mengurangi tingkat kerentanan itu, tiada pilihan terkecuali juga harus menjadi Produsen Lanjutannya. Terdapat 50 – 70 jenis produk lanjutan yang dapat dihasilkan dari CPO. Disinilah tantangannya agar Sawit dapat disebut sebagai Komoditi Perkebunan bernilai ekonomi tinggi.


PENGAYAAN KOMODITI PERKEBUNAN


Diperlukan pemilihan komoditi yang cocok dan layak khusus bagi Pengayaan Komoditi Budidaya Perkebunan Rakyat. Pertimbangannya juga sama , yakni Komoditi Perkebunan yang LAYAK TANAM dan LAYAK USAHA.

Karena bersifat Pengayaan, maka komoditi terpilih tidak bertujuan menyaingi komoditi yang telah ada. Adalah perlu menetapkan pilihan komoditi  yang sinergis dengan yang lain , dan tidak kalah pentingnya  komoditi yang memiliki Multiflier-effect tinggi bagi  perekonomian rakyat, Daerah dan Negara.


TECTONA GRANDIS / POHON JATI

Tectona Grandis ( Jati ) adalah sebuah alternative yang dikedepankan. Tujuannya adalah Menghasilkan / Memproduksi  KAYU sebagai Bahan Baku Industri Furnitur, Internit-Externit bangunan, Kapal Kayu, Bak Truk dan dsb.

Dasar pemilihan komoditi :

·   Memiliki Prosfek  Budidaya Perkebunan yang didukung Iklim, Lahan, SDM dan Penguasaan   teknologi
    budidaya perkebunan
·  Memiliki SDM yang sedang mencari Lapangan kerja yang sebagian besar menguasai / siap dikembangkan
   untuk Budidaya Perkebunan dan SDM yang Menguasai / siap dikembangkan menguasai  Teknologi 
   Pertukangan (Tukang Kayu )
·  Memiliki Lahan tidur sedemikian luas
·  Memiliki Keunggulan Alam Tropis
·  Menguasai Teknologi Pengolahan / Industri Lanjutan Produk berbasis  kayu, dengan teknologi sederhana
   ( sekedar Gergaji, Ketam, Palu, Pahat, Bor, Kikir, Amplas ) yang keseluruhannya tersedia cukup
   dipasaran dengan harga yang relative terjangkau,  baik yang manual , Mekanik maupun Electrics
·  Pada akhir-akhir ini banyak Usaha Meubel Mikro – Kecil harus tutup karena kesulitan Bahan Baku.
·  Memiliki Prosfek Pasar yang jelas dan berkembang seiring   perkembangan peradaban.
·  Memiliki Prosfek Pemasaran yang tahan terhadap Krisis
·  Memiliki Kesempatan Pasar yang lebih fleksibel karena sifat produk  yang tahan lama, tidak lapuk, tidak
    berjamur, tidak berbubuk


Keunggulan :

·         Berpotensi mendukung Kelestarian Alam dan Perbaikan ekosistem
·         Sinergis bagi tujuan Pencegahan illegal loging
·         Sinergis bagi tujuan Wisata, Pendidikan-Kepramukaan, Hutan Kota, Penguat Badan jalan, Penguat
          Tanggul , Penguat  Bibir Sungai atau DAS dsb.
·         Limbah minimal, karena hampir seluruh bagian pohon memiliki nilai ekonomi

Kelemahan :

Tidak ditemukan kelemahan.

Semakin banyak yang dapat bergantung hidup melalui komooditi yang dikembangkan, maka semakin tinggi multiflier.  Ukuran Multiflier juga dapat dilihat dari  pengaruhnya terhadap :

·         Kesempatan Berusaha ( Investasi )  Budidaya Kebun
·         Kesempatan Berusaha  Industri Pengolahan Furniture , Kerajinan Seni Pahat Kreative, Kerajinan
          Seni  Ukir Kreative, Industri Internit-Externit Bangunan, Kapal Kayu, Bak Truk dsb.
·         Kesempatan Membuka Lapangan Kerja
·         Kesempatan Menjaga Kelestarian Alam
·         Kesempatan Membatasi Limbah berbahaya bagi kehidupan manusia, flora dan fauna.


PROSFEK KELAYAKAN INVESTASI BUDIDAYA JATI
BAGI PERKEBUNAN RAKYAT


·         Dapat dan Layak dilakukan dalam skala Mikro – Kecil sesuai dengan Luas Lahan yang tersedia /
          dimiliki . Cukup  25 pohon untuk lahan  100 M2 , atau  50 pohon untuk Luas Lahan 200 M2 dan
           seterusnya  2.500 pohon Per Hektar untuk jarak tanam 2 x 2 M2.

·         Tidak membutuhkan Pupuk yang berlebihan ,kalaupun ada, itupun sekedar Pupuk Kandang pada 
          Awal awal / Pra tanam

·         Biaya / Investasi relative murah, karena sebatas Membersihkan – Mengemburkan – Membuat
          Galang / Unggukan – Membuat Saluran iritasi lahan  dan Pengadaan Bibit yang disarankan.

·         Biaya Perawatan relative ringan, karena sebatas  :

(1) Menjaga kebun dari gangguan Gulma rerumputan pengganggu (Tahun Pertama),
(2) Menyiang / Membuang Tunas  selagi masih muda yang akan muncul pada bekas Ketiak Daun (Tahun
      kedua) ,
(3) Menjaga agar pohon tetap tegak , dan
(4) Menjaga  iritasi lahan dari genangan air yang berlebihan. Intensitas perawatan hanya diperlukan pada
      tahun Pertama dan Kedua. Pada tahun Ketiga pohon telah mampu / kuat / mandiri. Selebihnya
      Perawatan sekedar membuang Tunas batang yang biasanya akan selalu muncul pada bekas ketiak daun.
      Tunas yg muncul jika dibiarkan akan tumbuh membentuk Cabang. Jika penyiangan tunas dalam kondisi
       tua disamping sulit dilakukan ( A lot / Liut ) juga akan menyisakan bonggol hitam (Pusar) yang akan
       mengurangi kualitas kayu.

·         Investasi Budidaya Kebun Jati disamping berpotensi ekonomi tinggi ( Mulflier effect ) juga Sinergis
          dengan Pengembangan Komoditi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang lain. Sinergis dalam
          kelestarian alam, dimana akarnya akan membentuk kantong-kantong air tanah dan Daunnya
          menyumbang oksigen (bagian dari paru-paru dunia).

·         Investrasi Budidaya Kebun Jati berpotensi dan sinergis bagi tujuan lain :

-       Jika kebun ditata sedemikian rupa sinergis bagi tujuan Hutan Wisata, Hutan Penelitian, Hutan
         Pendidikan ( Bumi Perkemahan ), Hutan Kota
-       Berpotensi sebagai Penguat Tanggul , Penguat Badan Jalan , Pohon Penyejuk Peternakan Unggas
-       Berpotensi muncul dan berkembangnya Satwa Burung pemakan Ulat Daun seperti Cicakrowo,
        Tiongkandang dan Tekukur.

·         Investasi Budidaya Kebun Jati disamping berpotensi berkembangnya Investasi Industri Pengolahan,
          juga pada waktunya berpotensi berkembangnya Usaha Jasa, Usaha Perdagangan / export



PROSFEK KELAYAKAN TABUNGAN

Budidaya dalam skala besar disebut / diungkapkan dengan istilah Investasi. Dalam ukuran kecil semisal ukuran  100 M2 ( 25 pohon ) atau 200 M2 ( 50 pohon ) mungkin lebih mengena untuk disebut  Tabungan. Kebun Tabungan untuk  Pendidikan anak, Tabungan untuk Haji.   Adalah sudah lumrah terjadi di Jawa, Petani menjual 1 pohon jati untuk Biaya anak masuk Perguruan Tinggi,  menjual 10 pohon untuk ONH  suami dan istri.

Bagi kalangan Pegawai Negeri Sivil / Militer  adalah bijak mempersiapkan tabungan  8 – 10 tahun sebelum Purnabhakti. Disamping menabung bagi alas an ekonomi,  juga menabung bagi tujuan Kesibukan Hari Tua agar terhindar dari Pension-syindrom.

Penggunaan istilah TABUNGAN adalah juga dikandung masud sebagai sebuah ajakan kepada semua kalangan, bahwa dalam Memulai Budidaya Kebun Jati dapat dilakukan secara bertahap  walau sekedar  5 – 10  pohon, pada kesempatan berikutnya dapat ditambah lagi. Pemanfaatan lahan tidur disekitar pemukiman disamping mempermudah Perawatan, Pengawasan, juga dimungkinkan beternak unggas, Kambing , Sapi.

Terdapat kemungkinan Kebun yag baru berusia 2 – 3 tahun dijual – Sewa. Dalam Jual-Sewa , Pembeli hanya membeli isi kebun dengan menyewa lahan hingga waktu panen yang disepakati.


PROSFEK MULTIFLIER

Budidaya Perkebunan bertujuan menciptakan Bahan Baku Industri Furnitur, Industri Mebellier, Exterior/Interior Bangunan, Industri Seni Ukir, Seni Pahat, Industri Sauvenier, Industri Kapal Kayu.     Setiap tahapan baik dari Usaha Pembibitan, Usaha Budidaya Perkebunan, Usaha Perawatan kebun, Pengangkutan dan Usaha Pengolahan menjadi produk jadi hingga usaha Pemasaran secara keseluruhan adalah Kesempatan berusaha dan sekaligus Kesempatan Lapangan kerja.

Sesuai tahapan perkembangannya akan bermunculan kegiatan jasa  dan pedagang yang berbasis dari usaha budidaya kebun jati. Sedemikian luas kesempatan usaha, sedemikian banyak masyarakat akan terlibat dan bergantung hidup disana, sedemikian besar kemungkinan produk yang akan dihasilkan dari Bahan Baku berbasis Kayu Jati. Bagian penting yang ingin dikemukakan bahwa, masyarakat memiliki potensi dan kemampuan dari sejak  Pembibitan , Budidaya Perkebunan , Industri Pengolahan (Pertukangan) hingga kegiatan Pemasaran.

Demikian juga mengenai pengadaan Alat dan Peralatan Pertukangan , karena  hanya sekedar memerlukan  Gergaji, Ketam, Palu, Pahat, Bor , Kikir, Amplas.  Keseluruhan sudah mampu dikembangkan dengan teknologi local yang tersedia cukup di Pasaran ( Manual, Mekanik dan Elektrik). Tidak terdapat unsure ketergantungan dengan pihak luar negeri, sebagai produsen perkebunan dan produsen produk olahannya dan karenanya kita juga akan menguasai Pengendalian Penetapan Harga Jual.